Ara sangat menyukai bermain. Saat matahari sedang terik
sekalipun ia tetap bermain di lapangan. Membawa binokular sambil
membayangkan dirinya mencari harta
karun. Tiap pulang bermain kulitnya menghitam karena tersengat matahari dan
badannya bau matahari. “Ara, jangan main di bawah sinar matahari, tuh kulitmu
menghitam”, kata Mama. Tapi Ara cuek. Ia tetap saja suka menyelonong keluar
rumah dan berjemur di bawah matahari hingga mamanya memanggilnya pulang. Tiap
kali mama tidak melihatnya, ia kabur lagi dan main di bawah matahari yang
terik.
Suatu sore ayah mendekati Ara yang habis mandi. “Kulitmu
sehitam kulit ayah”, kata Ayah sambil mendekatkan lengannya ke lengan Ara. “Ara
putih. Nih’, katanya. “Yang putih itu Mama”, kata Ayah. Mama datang kemudian
membandingkan lengan mereka bertiga. “Ara hitam, seperti Ayah”katanya sambil
tertawa. “Ara anak Ayah.Horeee”, katanya lagi. Dan persaudaraan kulit hitam pun
bersatu.
The end
Bogor, 23 Juni 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar