sumber gambar di sini |
“Meow...meow” meongan kucing terdengar lirih di pagi hari sebelum Ara
berangkat sekolah. Tak ada yang
memelihara kucing di sekitar kompleks rumah Ara. Ara pun jarang melihat kucing
liar di sekitar rumahnya. Ia meraih sepatu sekolahnya sembari mencari-cari
sumber suara itu. Ia menajamkan pendengarannya, namun suara kucing itu tidak
terdengar lagi.
“Meow...meow..” suara itu kembali terdengar ketika Ara membuka pintu
pagar sepulang sekolah. Kali ini bertekad untuk menemukan di mana sumber suara
itu berasal. “Meow...meow...” meongan kucing itu terdengar sedih. Ara
mencari-cari di taman bunga milik nenek.
Di antara pot-pot besar pohon salam. Di sana di sela-sela pot yang besar
dan cukup tersembunyi, seekor kucing belang berbaring. Ia seketika berdiri
ketika Ara berjalan mendekat.
“Meeeooowww...” teriaknya ketakutan. Dengan terpincang-pincang ia
berusaha melindungi dirinya.
“Jangan takut kucing kecil” kata Ara melangkah mundur. Ia melihat kaki
belakang si kucing terluka. Karena itulah ia pincang. Ara bergegas masuk ke
dalam rumah. “Mama, seekor kucing pincang berbaring di taman bunga nenek.
Bolehkah saya memberinya makan?”, tanya Ara. “Tentu. Ada sisa tulang ikan di
dapur. Kamu bisa menambahkan nasi dan sedikit kuah sayur”, kata Mama.
Ketika ia telah menyiapkan makanan buat sang kucing, dengan perlahan ia
mendekatinya. Kali ini kucing belang itu tidak lagi berdiri, namun tetap
waspada. Ara meletakkan piring berisi makanan di dekat si kucing kemudian
berdiri menjauh.
Si kucing mengendus dan kemudian memakan dengan lahap. Tidak lupa Ara
memberi semangkuk air untuk minumnya. “Nanti sore aku kasi makan lagi ya. Cepat
sembuh kucing”, kata Ara. Mama memanggil tante Ika, teman mama yang juga dokter
hewan. Kucing Ara diperiksa oleh tante Ika. Kakinya patah. Tante Ika
membalutnya dengan kain dan memberikannya obat.
“Lukanya tidak parah sebentar lagi sembuh”, kata tante Ika. “Mama, kalo
kucingnya sudah sembuh, dia boleh kan Ara pelihara?”, pinta Ara. “Boleh. Asal
kamu rajin memberinya makan dan merawatnya. Janji?”, tanya Mama sambil
menyodorkan jari kelingkingnya.”Oke”, balas Ara mengaitkan kelingkingnya di
kelingking Mama.
Bogor, 22
September 2015